CINTA SEORANG SAHABAT
Anisa adalah seorang gadis bercadar yang agamanya sangatlah kuat, menyentuh yang bukan makhromnya saja dia tidak pernah apa lagi berpacaran. Anisa bersekolah diSMA Negeri di Cirebon dengan gaya khasnya ia berjalan menyusuri koridor sekolah, ini adalah pertama kali Anisa masuk SMA di Cirebon, sebelumnya ia bersekolah diluar kota cirebon karena ayahnya ada pekerjaan yang harus di urus di Cirebon ia dan sekeluargapun pindah ke Cirebon. Pagi ini Anisa hanya tertunduk dikursinya ia menatap disekelilingnya ia merasa aneh dengan penampilannya baju longgar, panjang, memakai cadar sedang teman – temannya sangatlah berbeda dengannya. Teman sebangkunya apa lagi, dia begitu cantik dengan rambutnya yang terurai namun, teman sebangkunya sangatlah memahami Anisa di situlah keberuntungannya .
“Nisa apa kamu mau ikut kekantin ?” tanya bela
“akh . . . tidak aku di sini saja, kamu saja. Mungkin kamu lapar. Aku tidak begitu lapar”
“hmm . . ya sudah aku tinggal dulu ya”
“iya”
Kini tinggallah dia sendiri, Anisa termasuk siswa yang teladan disetiap mata pelajaran ia sangatlah pandai. Anisa mengambil sebuah bungkusan dari tasnya dan ia pergi menuju musolah sekolah. Sebelum ia mengambil air wudhlu dia memastikan bahwa tak ada orang lain selain dirinya, ia membuka cadar dan jilbabnya karena ia yakin tak ada orang satupun disini selain dia. Tapi ... dugaannya salah Arman ketua Osis yang juga sangat rajin shalat duha tak sengaja dia melihat Anisa yang melepas jadarnya. Alangkah terkejutnya dia, Anisa seorang wanita yang bercadar dan membuat seluruh teman sekolahnya penasaran dengan wajahnya, kini Arman melihat dengan mata kepalanya sendiri.
“maha besar Allah, sungguh betapa cantik dia. Wajahnya yang terbasuh air wudhlu begitu menyinari wajahnya, sungguh ini adalah anugrahmu, aku dapat melihat ciptaanmu yang begitu indah” gumam Arman dalam hati yang tak kuasa melihat keindahan Anisa
Setalah Arman memastikan Anisa menggunakan cadarnya kembali ia mulai berdehem dan melangkah ketempat air wudhlu karena ia tau bagi Anisa melihatkan wajahnya itu adalah sebuah hal yang tak pernah ia inginkan jadi, Arman pura – pura tidak melihatnya. “ ehem “ .
Mendengar deheman itu Anisa langsung menuju kedalam mushola tak berani ia menatap Arman ia hanya menundukan kepalanya. Armanpun begitu betapa ia sangat menghormati Anisa. Ketika ia selesai shalat tak disangka ia melihat Armanpun shalat duha, hati Anisa bergetar dalam hati ia terkagum melihat sesosok laki – laki yang terkenal dikalangnan perempuan disekolah, ternyata begitu kental agamanya. Sambil melipat mukenah ia diam – diam memperhatikan Arman yang sedang berwirid, dalam cadarnya ia tersenyum, mungkin jika ada yang melihatnya begitu manis senyumnya ketika Anisa sedang menatap Arman ia tersadar ketika Arman sudah selesai, segara saja ia keluar dan mengenakan sepatunya dengan terburu - buru. Sayang dia tidak dapat mengenakan sepatunya dengan cepat Arman telanjur keluar, apalah daya Anisapun malanjutkan memakai sepatunya dengan tertunduk apa lagi ketika ia sadar bahwa Arman tak jauh darinya. Sedang Arman, ingin sekali dalam dirinya untuk mengobrol dengan Anisa dengan hati yang gugup ia mencoba mengeluarkan sepatah kata dari bibirnya .
“maaf, kalau boleh saya tau kamu kelas berapa” tanya arman lembut
Sejenak Anisa terdiam ia menengok sana – sini memastikan Arman berbicara dengan siapa ?
“ hei... aku bertanya kepadamu “ tegur Arman
“ooh, maaf ka aku kira kakak bicara bukan denganku. Aku anak X tiga ka, memangnya kenapa ?” Tanya Annisa memastikan
“tidak hanya bertanya, oh ya kalau boleh tau mengapa kamu mengenakan cadar ? aku baru tau ada anak sekolah memakai cadar ? maaf kalau pertanyaanku menyinggung? “
“akh tidak kok ka, aku memakai cadar sejak Sekolah Dasar ka”
“waah hebat sekali, aku kagum padamu” puji Arman sambil tersenyum, hati Anisa langsung bergetar ketika Arman berkata seperti itu, apa lagi senyumannya walaupun ia adalah seorang wanita muslimah namun dia juga seorang manusia biasa yang bisa jatuh cinta dan merasakannya.
Dirumah, Anisa hanya tersenyum – senyum sendiri serasa ia mendapatkan anugrah yang begitu indah dari Allah.
"yaa Allah dosakah hamba jika hamba begitu mengagumi dia ya Allah, hamba merasa hati ini lain apalagi ketika hamba melihat senyumannya, ya Allah semoga tatapan ini bukanlah sebuh zinah. Aku hanya mengaguminya”
Pagi ini cerah secerah hati Anisa, Anisa memasuki kelas dan duduk. Ketika ia sedang asik membaca buku tiba – tiba saja Bela datang dan mengagetkan dia.
“Nisa !” sahut Bela sambil menepuk bahu Anisa
“duuh Bela kamu tu ya, untung aku nggak punya penyakit jantung kalo nggak aku udah mati. Ada apa sih, Kayanya seneng banget ? “
“ iya ni lagi seneng. Nggak kaya kamu baca buku melulu”
“Yeeh ini kan menambah wawasan tau. . . terus apa ni kabar bahagianya? Bagi – bagi dong .. “
“iya iya percaya daah . . tau nggak kemarin aku pulang bareng ka Arman, ka Arman yang ketua Osis itu loh. Duuuh Seneng banget Nisa”
“oh, ya ? pasti seneng banget ?”
“pastinyalah . . . :) “
“kamu suka ka Arman ya . . .?”
“iya, suka banget, hehe “
Setelah mendengar cerita Bela hati Anisa serasa hancur dan sakit, sakit sekali namun dia berpikir tak mungkin dia menyukai cowok yang sama dengan yang disukai temannya yang ia pikir pasti Bela akan sakit. Kini Nisa mengalah mengikhlaskan seorang cowok yang ia anggap begitu hebat.
Ketika pelajaran sedang di mulai Nisa hanya melamun, otaknya kali ini tak berfungsi dengan benar ingin rasanya dia meluapkan emosinya berteriak dan menangis namun dia tak kuasa melakukannya. Pelajaranpun selesai semua siswa berebut keluar untuk mendapatkan giliran pertama dikantin.
“Nisa...”
“iyaa “
“anter Bela ke perpus yuk, Bela mau pinjem buku. Mau yaa mau dong”
“iya tapi nggak usah ngeliatin tampang manjanya, sebel tau . . .”
“kan jurus jitu buat ngajak kamu. Hehehe “
“huh dasar kamu ini . . . “
“habis kamu kan paling susah di ajak ke mana – mana, hehehe... “
“iya deh, sekarang mau”
“oke. Yuk kita pergi “
Di jalan mereka berjanda tawa dengan lepas, bagaimana Nisa bisa menyimpan rasa sukanya pada Arman sedang Bela teman dekatnya begitu menyukai Arman dari pada pertemanan mereka hancur gara – gara seorang cowok Anisa lebih memilih hatinya yang sakit karena cowok dari pada sakit karena kehilangan seorang sahabat. Lagi pula dalam islamkan tidak ada istilah pacaran, itulah yang Anisa pikirkan.
Ketika mereka bercanda – canda di jalan menuju perpus sekolah mereka bertemu Arman di jalan. Anisa bingung sikap seperti apa yang harus ia tunjukan, hatinya bingung, resah, semua tercampur menjadi satu dalam pikirannya. Semakin hancur ketika Bela menggandeng tangan Arman dan mengobrol begitu akrab dan mesra. Arman yang sesungguhnya hatinya sangat menyukai Anisa hanya tersenyum menutupi kebingungan sikap apa yang harus ia tunjukan di depan wanita ynag ia sagat kagumi itu sedang tangannya terangkul oleh wanita lain. Seketika Anisa hanya tertegun tanpa kata, tanpa gerak, hanya terdiam menahan sayatan yang entah mangapa ia rasakan. Tak tahan melihatnya, rasanya ingin menghilang dalam pedihnya luka.
“ump.. Bela , kan sudah ada ka Arman sama ka Arman aja ya ke perpusnya”
“loh kok gitu ? Kan Bela ngajak Nisa. Bela, jadi nggak enak” ujarnya sambil melepaskan gandengannya pada Arman
“nggak apa kok, aku mau kekamar mandi dulu nanti aku nyusul deh”
“bener ya, awas loh Bela tunggu”
Karena Anisa tidak bisa menahan rasa ingin menangisnya ia pun segera saja pergi kekamar mandi dan menangis. Hancur, terluka, muak, semua menjadi satu. Ketika perasaannya sedikit tenang ia mencuci mukanya dan menyusul Bela ke perpus. Tapi... pilihan Anisa tidak tepat untuk menyusul Bela dan Arman, kini pandangannya lebih menyakitkan hatinya kini ia lihat dan ia dengar. Bela menyatakan cintanya pada Arman dengan mata berkaca – kaca ia segera pergi dari tempat ia berdiri, inilah keuntungan dia memakai cadar, tak terlihat jika dia habis menangis. Dikelas ....
“Nisa kok nggak nyusul? Padahal Bela tunggu sampe bel bunyi. Karna Nisa nggak dateng juga jadi Bela putusin kekelas, eh kamunya ada disini “
“maaf ya Bel aku lupa”
“akh Nisa masi muda kok pikun”
“iya ni lagi banyak pikiran, tapi tadi ka Arman nemenin kamu kan? “
“iya sampe nganterin kekelas juga” jawab Bela dengan senyumnya yang manis, tapi tiba – tiba wajah Bela tertunduk seperti kecewa
PART 2
Esoknya , seperti biasa Anisa melakukan shalat Duha rutinnya dan seperti biasa pula disitulah ia bertemu dengan Arman yang tak ingin dia lihat. Ketika Anisa selesai shalat dan hendak kembali kekelas tangan Anisa ditarik oleh Arman inilah pertama kali anggota tubuhnya tersentuh yang menurutnya bukan makhromnya
“maaf bukan makhromnya!” segera Nisa melepaskan tangannya
“Nisa tunggu ! Aku mau bicara”
“akh maaf, aku tak enak jika ketahuan oleh Bela, takut Bela mengira yang tidak – tidak, lagi pula disini hanya ada kita berdua aku takut terjadi fitnah”
“apa hubungannya dengan Bela aku dan Bela tidak ada apa – apa”
“Bela itu suka sama kakak, Bela itu teman aku, sahabat aku. Disini kita cuman berdua aku takut dia melihat dan menyangka yang tidak – tidak, maaf ka permisi “
“Nisa tungggu ..... !!! “
Anisa yang tak menghiraukan panggilan Arman segara berlari dan meninggalkannya, Arman hanya terdiam dan membisu menyesal tak dapat mengatakan bahwa ia sangat menyukai Anisa.
“ka... “ tegur Bela yang tiba – tiba muncul
“Bela?” Arman terkejut melihat Bela yang tak diduga kedatangannya
“kaget ya ka? Maaf kalo kehadiran Bela buat kakak kaget”
“ooh, nggak. nggak apa kok”
“ka, tadi Bela nggak sengaja denger percakapan kakak, Nisa nggak ngerespon ya ka? Mau Bela bantu ? kayanya Nisa juga suka sama kakak tapi nggak enak sama Bela kali ka”
“nggak usah kok Bel, makasih “ Arman pun meninggalkan Bela, Bela tertunduk air matanya jatuh dari pelupuk matanya jatuh di pipinya yang halus itu. Teringat akan kejadian kemarin saat ia menatakan perasaannya, namun pada akhirnya dia harus kecewa karena orang yang ia suka sudah menyukai orang lain. Yang lebih menyakitkan Bela adalah, Kenapa harus Anisa. Teman sebangku yang ia anggap sahabat terbaik.
“hhiks, Bela tau ka Bela nggak sempurna seperti Nisa Tapi Bela tulus ka, baru pertama kali ini Bela ngatain suka duluan sama cowok”keluh Bela sambil menatap Arman yang berlalu di depannya dan menghilang.
Sepulang sekolah Arman menunggu Anisa didekat kelasnya, Nisapun keluar bersama dengan Bela. Bela yang menyadari kehadiran Arman segera menghindar, karena ia tau yang Arman ingin temui adalah Anisa wanita bercadar teman dekatnya yang membuat Arman jatuh hati.
“Nisa tunggu ! “ sahut Arman
“ada apa ka ?” jawab Annisa
“ aku mau bicara sama kamu, tapi berdua”
“akh tidak ka jika berdua aku nggak mau, takut terjadi fitnah, sama Bela yah”
“yaa sudah. Langsung saja ya Nis, Nisa aku suka sama kamu dan aku mau kamu jadi pacar aku”
Bela membelalakan matanya, badannya langsung lemas semakin hancur hatinya dan semakin perih, ingin rasanya ia berteriak sekencang – kencangnya ketika Arman menyatakan perasaannya.
“tapi ka ....”
“kenapa? Bela, iya aku tau Nis dia suka aku dia juga sudah mengatakannya tapi aku tak bisa terima, karena aku suka sama kamu, Cuma kamu Nis”
Anisapun terkejut setelah Arman mengatakan bahwa ia telah menolak Bela.
“tidak ka ! meski aku suka kakak, dan Bela sudah kakak tolak tapi aku tak bisa bahagia diatas kepedihan sahabatku. Dalam Islampun tidak mengajarkan berpacaran, maaf ka aku tidak bisa”
Bela yang mendengar ucapan temannya itu terharu dan memeluk Nisa. Dan Arman hanya terdiam menyadari kenyataan bahwa Annisa telah menolaknya .
“Nisa maafkan Bela yang udah berprasangka buruk, Bela udah berpikir kamu itu teman makan teman, dan ternyata nggak. maaf ya Nis. Tapi sekarang Bela ikhlas kok kalo kamu mau terima ka Arman”
“iya Bela maafin aku juga, nggak Bela tetap Nisa nggak bisa”
“ka Arman maafkann aku, aku nggak bisa. Ka, lebih baik kita berteman saja” lanjutnya
“iya Nis maaf aku telah memaksa. Tapi adakah alasannya selain itu?”
“tidak ka tidak ada”
Esok hari disekolah, sejak tadi Bela mondar – mandir tidak jelas. Terlihat dari mukaanya bahwa ia sedang gelisah, ia gelisah menanti temannya Anisa tak kunjung datang.
“kok Nisa nggak keliatan ya? Apa dia sakit ? tapi kali ini tak ada kabar, handphonenya pun tak aktiv”
Ketika Bela sedang merasa bingung tentang temannya yang tak kunjung datang, ada seorang anak dari kelas lain yang Bela tau, rumahnya dekat dengan rumah Anisa.
“Bela ini ada surat dari Anisa katanya sampaikan juga surat ini pada ka Arman kalau bisa kalian bacanya bersama begitu katanya”
“loh memangnya Anisa kemana ?”
“maaf aku tak bisa memberi tahu ini amanat dari Nisa. Permisi”
Setelah bell istirahat berbunyi segera saja Bela mencari Arman dengan tergesah – gesah.
“ka Arman !!!” teriak Bela
“Bela ? “
“ka, ini ada surat dari Anisa. Hari ini dia nggak masuk sekolah, Bela nggak tau kenapa? Bela tanya sama yang dititipin surat sama Nisa tapi dia bilang dia nggak bisa jawab apa – apa, amanat Nisa katanya “
“loh ? kamu tak coba menghubungi HP nya ?”
“sudah kak, tapi HP nya tidak aktiv”
“kenapa dia bisa menghilang seperti itu ya ? apa karena kakak kemarin iya Bel ?”
“mana Bela tahu kak ?”
“yaa sudah kita baca dulu saja suratnya”
“iya ka “
Bela dan Arman pun duduk disebuah taman sekolah, sebelum membuka surat mereka mengucapkan basmalah. Berharap dalam isi surat itu bukan hal yang buruk yang di kabarkan Annisa. Perlahan mereka membuka surat dan membacanya . . .
Cirebon 18.10.10
Kpd. Bela dan Ka Arman
Di tempat
Assalamu’alaikum ...
Maaf Bela sebelumnya aku tidak memberi tahu kamu atas ketidak hadiranku hari ini disekolah dan mungkin untuk selamanya, urusan ayahku di sini sudah selesai lebih awal dan kami kembali pulang kekampung halaman kami.
Ka Arman ini alasanku kenapa aku tidak dapat menerima kakak, aku memang menyukai kakak dan aku tau kakak sudah tau wajahku di mushalah sekolah, ketika aku hendak berwudhlu. Ka selama aku nggak ada, tolong jaga Bela Putriana Lestari, aku nggak mau terjadi apa – apa pada anak manja ini.
Dan yang terakhir, aku minta satu permintaan pada kalian berdua. Tolong ini permintaan Anisa Permata Indah yang terakhir pada kalian. Kalian mau kan ? harus mau . . . aku mau kalian jadian, menjadi orang yang saling menyayangi nggak usah peduliin perasaan aku, aku bahagia jika kalian bahagia soal dalam islam tidak ada kata untuk pacaran memang benar tapi asal kalian bisa menjaga dan wajar tidak berlebihan hanya sekedar penyemangat tidak apa kok. Ka Araman tolong sayangi Bela ya, jaga dia dengan baik jangan sakiti dia.
Mungkin hanya ini yang ingin aku katakan pada kalian aku minta maaf untuk kesekian kalinya jika terselip kata yang mungkin membuat hati kalian sakit entah di sengaja ataupun tidak, Bela kamu akan tetap menjadi teman terbaik aku. Dan ka Arman kau akan selalu ku ingat.
Salam rindu untuk kalian berdua
Wassalamu’alaikum ...
Anisa Permata Indah
Bela yang membaca surat itu meneteskan air matanya, ia terharu dengan isi surat sahabatnya, sedang Arman hanya bisa menatap surat itu.
“kita akan kabulin permintaan kamu Nis, makasih ya. Padahal Bela belum memberi ucapan SELAMAT ULANG TAHUN” ucapnya ketika ia sadar bahwa hari ini adalah hari ulang tahun Annisa.
“sudah Bela kita relakan kepergian Nisa, semoga dia akan baik – baik saja dalam lindungan Allah”
“Ammin “
Akhirnya Bela dan Arman menjalin hubungan yang spesial atas permintaan Anisa kini mereka bahagia.
Di tempat nan jauh di sana, hati Anisa masih tetap terasa pedih. Tapi dia yakin dengan ini dia akan mendapatkan hal yang terindah dari itu dan baginya, ini adalah pelajaran hidup untuknya.
“Hidup itu indah dan sakit itu untuk hidup untuk dapat mencapai hal yang indah kita harus merasakan sakit dulu, itulah kata mutiara dari aku, aku Anisa Permata Indah wanita bercadar, bahwasannya setiap manusia itu memiliki hasrat yang sama meski dia seperti ini, seperti aku” ujarnya dalam hati sambil tersenyum bahagia.
SELESAI
“Nisa apa kamu mau ikut kekantin ?” tanya bela
“akh . . . tidak aku di sini saja, kamu saja. Mungkin kamu lapar. Aku tidak begitu lapar”
“hmm . . ya sudah aku tinggal dulu ya”
“iya”
Kini tinggallah dia sendiri, Anisa termasuk siswa yang teladan disetiap mata pelajaran ia sangatlah pandai. Anisa mengambil sebuah bungkusan dari tasnya dan ia pergi menuju musolah sekolah. Sebelum ia mengambil air wudhlu dia memastikan bahwa tak ada orang lain selain dirinya, ia membuka cadar dan jilbabnya karena ia yakin tak ada orang satupun disini selain dia. Tapi ... dugaannya salah Arman ketua Osis yang juga sangat rajin shalat duha tak sengaja dia melihat Anisa yang melepas jadarnya. Alangkah terkejutnya dia, Anisa seorang wanita yang bercadar dan membuat seluruh teman sekolahnya penasaran dengan wajahnya, kini Arman melihat dengan mata kepalanya sendiri.
“maha besar Allah, sungguh betapa cantik dia. Wajahnya yang terbasuh air wudhlu begitu menyinari wajahnya, sungguh ini adalah anugrahmu, aku dapat melihat ciptaanmu yang begitu indah” gumam Arman dalam hati yang tak kuasa melihat keindahan Anisa
Setalah Arman memastikan Anisa menggunakan cadarnya kembali ia mulai berdehem dan melangkah ketempat air wudhlu karena ia tau bagi Anisa melihatkan wajahnya itu adalah sebuah hal yang tak pernah ia inginkan jadi, Arman pura – pura tidak melihatnya. “ ehem “ .
Mendengar deheman itu Anisa langsung menuju kedalam mushola tak berani ia menatap Arman ia hanya menundukan kepalanya. Armanpun begitu betapa ia sangat menghormati Anisa. Ketika ia selesai shalat tak disangka ia melihat Armanpun shalat duha, hati Anisa bergetar dalam hati ia terkagum melihat sesosok laki – laki yang terkenal dikalangnan perempuan disekolah, ternyata begitu kental agamanya. Sambil melipat mukenah ia diam – diam memperhatikan Arman yang sedang berwirid, dalam cadarnya ia tersenyum, mungkin jika ada yang melihatnya begitu manis senyumnya ketika Anisa sedang menatap Arman ia tersadar ketika Arman sudah selesai, segara saja ia keluar dan mengenakan sepatunya dengan terburu - buru. Sayang dia tidak dapat mengenakan sepatunya dengan cepat Arman telanjur keluar, apalah daya Anisapun malanjutkan memakai sepatunya dengan tertunduk apa lagi ketika ia sadar bahwa Arman tak jauh darinya. Sedang Arman, ingin sekali dalam dirinya untuk mengobrol dengan Anisa dengan hati yang gugup ia mencoba mengeluarkan sepatah kata dari bibirnya .
“maaf, kalau boleh saya tau kamu kelas berapa” tanya arman lembut
Sejenak Anisa terdiam ia menengok sana – sini memastikan Arman berbicara dengan siapa ?
“ hei... aku bertanya kepadamu “ tegur Arman
“ooh, maaf ka aku kira kakak bicara bukan denganku. Aku anak X tiga ka, memangnya kenapa ?” Tanya Annisa memastikan
“tidak hanya bertanya, oh ya kalau boleh tau mengapa kamu mengenakan cadar ? aku baru tau ada anak sekolah memakai cadar ? maaf kalau pertanyaanku menyinggung? “
“akh tidak kok ka, aku memakai cadar sejak Sekolah Dasar ka”
“waah hebat sekali, aku kagum padamu” puji Arman sambil tersenyum, hati Anisa langsung bergetar ketika Arman berkata seperti itu, apa lagi senyumannya walaupun ia adalah seorang wanita muslimah namun dia juga seorang manusia biasa yang bisa jatuh cinta dan merasakannya.
Dirumah, Anisa hanya tersenyum – senyum sendiri serasa ia mendapatkan anugrah yang begitu indah dari Allah.
"yaa Allah dosakah hamba jika hamba begitu mengagumi dia ya Allah, hamba merasa hati ini lain apalagi ketika hamba melihat senyumannya, ya Allah semoga tatapan ini bukanlah sebuh zinah. Aku hanya mengaguminya”
Pagi ini cerah secerah hati Anisa, Anisa memasuki kelas dan duduk. Ketika ia sedang asik membaca buku tiba – tiba saja Bela datang dan mengagetkan dia.
“Nisa !” sahut Bela sambil menepuk bahu Anisa
“duuh Bela kamu tu ya, untung aku nggak punya penyakit jantung kalo nggak aku udah mati. Ada apa sih, Kayanya seneng banget ? “
“ iya ni lagi seneng. Nggak kaya kamu baca buku melulu”
“Yeeh ini kan menambah wawasan tau. . . terus apa ni kabar bahagianya? Bagi – bagi dong .. “
“iya iya percaya daah . . tau nggak kemarin aku pulang bareng ka Arman, ka Arman yang ketua Osis itu loh. Duuuh Seneng banget Nisa”
“oh, ya ? pasti seneng banget ?”
“pastinyalah . . . :) “
“kamu suka ka Arman ya . . .?”
“iya, suka banget, hehe “
Setelah mendengar cerita Bela hati Anisa serasa hancur dan sakit, sakit sekali namun dia berpikir tak mungkin dia menyukai cowok yang sama dengan yang disukai temannya yang ia pikir pasti Bela akan sakit. Kini Nisa mengalah mengikhlaskan seorang cowok yang ia anggap begitu hebat.
Ketika pelajaran sedang di mulai Nisa hanya melamun, otaknya kali ini tak berfungsi dengan benar ingin rasanya dia meluapkan emosinya berteriak dan menangis namun dia tak kuasa melakukannya. Pelajaranpun selesai semua siswa berebut keluar untuk mendapatkan giliran pertama dikantin.
“Nisa...”
“iyaa “
“anter Bela ke perpus yuk, Bela mau pinjem buku. Mau yaa mau dong”
“iya tapi nggak usah ngeliatin tampang manjanya, sebel tau . . .”
“kan jurus jitu buat ngajak kamu. Hehehe “
“huh dasar kamu ini . . . “
“habis kamu kan paling susah di ajak ke mana – mana, hehehe... “
“iya deh, sekarang mau”
“oke. Yuk kita pergi “
Di jalan mereka berjanda tawa dengan lepas, bagaimana Nisa bisa menyimpan rasa sukanya pada Arman sedang Bela teman dekatnya begitu menyukai Arman dari pada pertemanan mereka hancur gara – gara seorang cowok Anisa lebih memilih hatinya yang sakit karena cowok dari pada sakit karena kehilangan seorang sahabat. Lagi pula dalam islamkan tidak ada istilah pacaran, itulah yang Anisa pikirkan.
Ketika mereka bercanda – canda di jalan menuju perpus sekolah mereka bertemu Arman di jalan. Anisa bingung sikap seperti apa yang harus ia tunjukan, hatinya bingung, resah, semua tercampur menjadi satu dalam pikirannya. Semakin hancur ketika Bela menggandeng tangan Arman dan mengobrol begitu akrab dan mesra. Arman yang sesungguhnya hatinya sangat menyukai Anisa hanya tersenyum menutupi kebingungan sikap apa yang harus ia tunjukan di depan wanita ynag ia sagat kagumi itu sedang tangannya terangkul oleh wanita lain. Seketika Anisa hanya tertegun tanpa kata, tanpa gerak, hanya terdiam menahan sayatan yang entah mangapa ia rasakan. Tak tahan melihatnya, rasanya ingin menghilang dalam pedihnya luka.
“ump.. Bela , kan sudah ada ka Arman sama ka Arman aja ya ke perpusnya”
“loh kok gitu ? Kan Bela ngajak Nisa. Bela, jadi nggak enak” ujarnya sambil melepaskan gandengannya pada Arman
“nggak apa kok, aku mau kekamar mandi dulu nanti aku nyusul deh”
“bener ya, awas loh Bela tunggu”
Karena Anisa tidak bisa menahan rasa ingin menangisnya ia pun segera saja pergi kekamar mandi dan menangis. Hancur, terluka, muak, semua menjadi satu. Ketika perasaannya sedikit tenang ia mencuci mukanya dan menyusul Bela ke perpus. Tapi... pilihan Anisa tidak tepat untuk menyusul Bela dan Arman, kini pandangannya lebih menyakitkan hatinya kini ia lihat dan ia dengar. Bela menyatakan cintanya pada Arman dengan mata berkaca – kaca ia segera pergi dari tempat ia berdiri, inilah keuntungan dia memakai cadar, tak terlihat jika dia habis menangis. Dikelas ....
“Nisa kok nggak nyusul? Padahal Bela tunggu sampe bel bunyi. Karna Nisa nggak dateng juga jadi Bela putusin kekelas, eh kamunya ada disini “
“maaf ya Bel aku lupa”
“akh Nisa masi muda kok pikun”
“iya ni lagi banyak pikiran, tapi tadi ka Arman nemenin kamu kan? “
“iya sampe nganterin kekelas juga” jawab Bela dengan senyumnya yang manis, tapi tiba – tiba wajah Bela tertunduk seperti kecewa
PART 2
Esoknya , seperti biasa Anisa melakukan shalat Duha rutinnya dan seperti biasa pula disitulah ia bertemu dengan Arman yang tak ingin dia lihat. Ketika Anisa selesai shalat dan hendak kembali kekelas tangan Anisa ditarik oleh Arman inilah pertama kali anggota tubuhnya tersentuh yang menurutnya bukan makhromnya
“maaf bukan makhromnya!” segera Nisa melepaskan tangannya
“Nisa tunggu ! Aku mau bicara”
“akh maaf, aku tak enak jika ketahuan oleh Bela, takut Bela mengira yang tidak – tidak, lagi pula disini hanya ada kita berdua aku takut terjadi fitnah”
“apa hubungannya dengan Bela aku dan Bela tidak ada apa – apa”
“Bela itu suka sama kakak, Bela itu teman aku, sahabat aku. Disini kita cuman berdua aku takut dia melihat dan menyangka yang tidak – tidak, maaf ka permisi “
“Nisa tungggu ..... !!! “
Anisa yang tak menghiraukan panggilan Arman segara berlari dan meninggalkannya, Arman hanya terdiam dan membisu menyesal tak dapat mengatakan bahwa ia sangat menyukai Anisa.
“ka... “ tegur Bela yang tiba – tiba muncul
“Bela?” Arman terkejut melihat Bela yang tak diduga kedatangannya
“kaget ya ka? Maaf kalo kehadiran Bela buat kakak kaget”
“ooh, nggak. nggak apa kok”
“ka, tadi Bela nggak sengaja denger percakapan kakak, Nisa nggak ngerespon ya ka? Mau Bela bantu ? kayanya Nisa juga suka sama kakak tapi nggak enak sama Bela kali ka”
“nggak usah kok Bel, makasih “ Arman pun meninggalkan Bela, Bela tertunduk air matanya jatuh dari pelupuk matanya jatuh di pipinya yang halus itu. Teringat akan kejadian kemarin saat ia menatakan perasaannya, namun pada akhirnya dia harus kecewa karena orang yang ia suka sudah menyukai orang lain. Yang lebih menyakitkan Bela adalah, Kenapa harus Anisa. Teman sebangku yang ia anggap sahabat terbaik.
“hhiks, Bela tau ka Bela nggak sempurna seperti Nisa Tapi Bela tulus ka, baru pertama kali ini Bela ngatain suka duluan sama cowok”keluh Bela sambil menatap Arman yang berlalu di depannya dan menghilang.
Sepulang sekolah Arman menunggu Anisa didekat kelasnya, Nisapun keluar bersama dengan Bela. Bela yang menyadari kehadiran Arman segera menghindar, karena ia tau yang Arman ingin temui adalah Anisa wanita bercadar teman dekatnya yang membuat Arman jatuh hati.
“Nisa tunggu ! “ sahut Arman
“ada apa ka ?” jawab Annisa
“ aku mau bicara sama kamu, tapi berdua”
“akh tidak ka jika berdua aku nggak mau, takut terjadi fitnah, sama Bela yah”
“yaa sudah. Langsung saja ya Nis, Nisa aku suka sama kamu dan aku mau kamu jadi pacar aku”
Bela membelalakan matanya, badannya langsung lemas semakin hancur hatinya dan semakin perih, ingin rasanya ia berteriak sekencang – kencangnya ketika Arman menyatakan perasaannya.
“tapi ka ....”
“kenapa? Bela, iya aku tau Nis dia suka aku dia juga sudah mengatakannya tapi aku tak bisa terima, karena aku suka sama kamu, Cuma kamu Nis”
Anisapun terkejut setelah Arman mengatakan bahwa ia telah menolak Bela.
“tidak ka ! meski aku suka kakak, dan Bela sudah kakak tolak tapi aku tak bisa bahagia diatas kepedihan sahabatku. Dalam Islampun tidak mengajarkan berpacaran, maaf ka aku tidak bisa”
Bela yang mendengar ucapan temannya itu terharu dan memeluk Nisa. Dan Arman hanya terdiam menyadari kenyataan bahwa Annisa telah menolaknya .
“Nisa maafkan Bela yang udah berprasangka buruk, Bela udah berpikir kamu itu teman makan teman, dan ternyata nggak. maaf ya Nis. Tapi sekarang Bela ikhlas kok kalo kamu mau terima ka Arman”
“iya Bela maafin aku juga, nggak Bela tetap Nisa nggak bisa”
“ka Arman maafkann aku, aku nggak bisa. Ka, lebih baik kita berteman saja” lanjutnya
“iya Nis maaf aku telah memaksa. Tapi adakah alasannya selain itu?”
“tidak ka tidak ada”
Esok hari disekolah, sejak tadi Bela mondar – mandir tidak jelas. Terlihat dari mukaanya bahwa ia sedang gelisah, ia gelisah menanti temannya Anisa tak kunjung datang.
“kok Nisa nggak keliatan ya? Apa dia sakit ? tapi kali ini tak ada kabar, handphonenya pun tak aktiv”
Ketika Bela sedang merasa bingung tentang temannya yang tak kunjung datang, ada seorang anak dari kelas lain yang Bela tau, rumahnya dekat dengan rumah Anisa.
“Bela ini ada surat dari Anisa katanya sampaikan juga surat ini pada ka Arman kalau bisa kalian bacanya bersama begitu katanya”
“loh memangnya Anisa kemana ?”
“maaf aku tak bisa memberi tahu ini amanat dari Nisa. Permisi”
Setelah bell istirahat berbunyi segera saja Bela mencari Arman dengan tergesah – gesah.
“ka Arman !!!” teriak Bela
“Bela ? “
“ka, ini ada surat dari Anisa. Hari ini dia nggak masuk sekolah, Bela nggak tau kenapa? Bela tanya sama yang dititipin surat sama Nisa tapi dia bilang dia nggak bisa jawab apa – apa, amanat Nisa katanya “
“loh ? kamu tak coba menghubungi HP nya ?”
“sudah kak, tapi HP nya tidak aktiv”
“kenapa dia bisa menghilang seperti itu ya ? apa karena kakak kemarin iya Bel ?”
“mana Bela tahu kak ?”
“yaa sudah kita baca dulu saja suratnya”
“iya ka “
Bela dan Arman pun duduk disebuah taman sekolah, sebelum membuka surat mereka mengucapkan basmalah. Berharap dalam isi surat itu bukan hal yang buruk yang di kabarkan Annisa. Perlahan mereka membuka surat dan membacanya . . .
Cirebon 18.10.10
Kpd. Bela dan Ka Arman
Di tempat
Assalamu’alaikum ...
Maaf Bela sebelumnya aku tidak memberi tahu kamu atas ketidak hadiranku hari ini disekolah dan mungkin untuk selamanya, urusan ayahku di sini sudah selesai lebih awal dan kami kembali pulang kekampung halaman kami.
Ka Arman ini alasanku kenapa aku tidak dapat menerima kakak, aku memang menyukai kakak dan aku tau kakak sudah tau wajahku di mushalah sekolah, ketika aku hendak berwudhlu. Ka selama aku nggak ada, tolong jaga Bela Putriana Lestari, aku nggak mau terjadi apa – apa pada anak manja ini.
Dan yang terakhir, aku minta satu permintaan pada kalian berdua. Tolong ini permintaan Anisa Permata Indah yang terakhir pada kalian. Kalian mau kan ? harus mau . . . aku mau kalian jadian, menjadi orang yang saling menyayangi nggak usah peduliin perasaan aku, aku bahagia jika kalian bahagia soal dalam islam tidak ada kata untuk pacaran memang benar tapi asal kalian bisa menjaga dan wajar tidak berlebihan hanya sekedar penyemangat tidak apa kok. Ka Araman tolong sayangi Bela ya, jaga dia dengan baik jangan sakiti dia.
Mungkin hanya ini yang ingin aku katakan pada kalian aku minta maaf untuk kesekian kalinya jika terselip kata yang mungkin membuat hati kalian sakit entah di sengaja ataupun tidak, Bela kamu akan tetap menjadi teman terbaik aku. Dan ka Arman kau akan selalu ku ingat.
Salam rindu untuk kalian berdua
Wassalamu’alaikum ...
Anisa Permata Indah
Bela yang membaca surat itu meneteskan air matanya, ia terharu dengan isi surat sahabatnya, sedang Arman hanya bisa menatap surat itu.
“kita akan kabulin permintaan kamu Nis, makasih ya. Padahal Bela belum memberi ucapan SELAMAT ULANG TAHUN” ucapnya ketika ia sadar bahwa hari ini adalah hari ulang tahun Annisa.
“sudah Bela kita relakan kepergian Nisa, semoga dia akan baik – baik saja dalam lindungan Allah”
“Ammin “
Akhirnya Bela dan Arman menjalin hubungan yang spesial atas permintaan Anisa kini mereka bahagia.
Di tempat nan jauh di sana, hati Anisa masih tetap terasa pedih. Tapi dia yakin dengan ini dia akan mendapatkan hal yang terindah dari itu dan baginya, ini adalah pelajaran hidup untuknya.
“Hidup itu indah dan sakit itu untuk hidup untuk dapat mencapai hal yang indah kita harus merasakan sakit dulu, itulah kata mutiara dari aku, aku Anisa Permata Indah wanita bercadar, bahwasannya setiap manusia itu memiliki hasrat yang sama meski dia seperti ini, seperti aku” ujarnya dalam hati sambil tersenyum bahagia.
SELESAI
Sumber : Referensi dari teman :)
0 komentar:
Posting Komentar